TAFSIR SURAT AL GHASIYAH AYAT 17-20
TAFSIR SURAT AL GHASIYAH AYAT 17-20
اَفَلَايَنْظُرُ
ونَ اِلَى الْاِبْلِ كَيْفَ خُلِقَثْ: 17
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan
unta bagaimana dia diciptakan”
Arti kata: افلا “maka apakah tidak”ينظرون “mereka memperhatikan” ال الابل “terhadap unta” كيف
“ bagai mana” خلقث “dia di ciptakan?”
Ayat ini turun ketika Allah membeberkan keadaan dan rahasia surga.
Kaum yang sesat merasa heran. Ayat ini (88:17) merupakan perintah Allah untuk
memperhatikan alam semesta ( fenomena alam seperti bagaimana unta di ciptakan
), dan lain sebagainya.
وَاِلَى
السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ: 18
Artinya:” dan langit, bagai mana di tinggikan”
Arti kata: والاالسماء” dan langit” كيف
“bagaimana” رفعت bentuk diatetis pasif
(majhul=tidak di ketahui) artinya: “(ia) “ditinggikan?”
Penjelasan surat al-ghasyiyah: 17 dan 18:
seseorang yang
hdup dalam abad ke-IX akan mengatakan bahwa kata-kata “sama” artinya langit,
dan pengertiannya ialah bahwa langit itu adalah bola super raksasa yang panjang
radiusnya tertentu, yang berputar mengelilingi sumbunya. Dan pada dindingnya
tampak menempel bintang-bintang yang gemerlapan di malam hari. Bola ini di
katakana mewadahi seluruh ruang alam dan segala sesuatu yang berada di
dalamnya. Ia merasa yakin bahwa presepsinya mengenai langit itulah yang sesuai
dengan apa yang dapat di amati setiap hari, kapan pun juga. Bintang-bintang
tampak tidak berubah posisinya yang satu dengan yang lain, dan seluruh langit
itu berputar sekali dalam satu hari (siang dam malam).
Apa yang kita
dapat dari orang ini andai kata dia di minta untuk memberikan penafsiran (bukan
sekedar salinan kata-kata) pada ayat-ayat tersebut? Tentu saja ia akan
memberikan interpretasi yang sesuai dengan presepsinya tentang langit, serta
“ardh” yaitu bumi yang datar yang di kurung oleh bola langit. Dan mungkin
sekali ia akan mengatakan bahwa ayat 30 surat Al-anbiya’ itu melukiskan
peristiwa ketika tuhan mengebutkn langit menjadi bola, setelah ia sekian lama
terhampar di permukaan bumi seperti layaknya sebuah benda yang belum di pasang.
Dapat kita lihat dalam kasus ini bahwa konsep kosmologis dalam Al-Qur’an
mengenai penciptaan alam semesta. Dan tidak benar, Karena konsepnya tidak mampu
mengakomodasi gejala yang dinyatakan oleh ayat 47 surahAdz Dzariyat.
Sebuah langit
yang berbentuk bola dengan jari-jari tertentu bukan langit yang bertanbah luas.
Apalagi kalau ia melingkupi seluruh ruang kosmos beserta isinya, tidak ada lagi
sesuatu yang labih besar daripadanya. Pada hemat saya, sesuatu konsepsi
mengenai alam semesta yang benar harus dapat di pergunakan untuk menerangkan
untuk menerangkan semua peristiwa yang di lukiskan dalam ayat-ayat dalam kitab
suci. Ia harus sesuai dengan konsep-konsep kosmalogis yang benar itu pada
hakekatnya telah di berikan petunjuk oleh sang pencipta misalnya di dalam ayat
17-18 surat al-ghasyiyah.
وَاِلَى الْخِبَالُ كَيْفَ نُصِبَتْ: 19
Artinya: “ dan gunung-gunung bagai mana dia di tegakkan”
Arti kata: والي الخبل “dan gunung-gunung” كيف “bagaimana” نصبت
“(ia) ditegakkan?”
وَاِلَى
الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ: 20
Artinya: “dan bumi bagaimana di hamparkan?”
Arti kata: والى الارض “ dan bumi” كيف “bagaimana” سطحت
“dihamparkan?”
Penjelasan surat al ghasyiyah ayat 19 dan 20
Pada ayat ke 19, Allah mengajak manusia untuk memperhatikan
bagaimana gunung itu ditegakkan. Ada beberapa ayat lain, yang ada kaitan dengan
masalah gunung, seperti al-Nahl 15:
“ Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak
goncang bersama kamu”. (QS: An-Nahl:
15)
Dan surat al-Naba` 6-7:
”Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan
gunung-gunung sebagai pasak ?”. (QS:
An-Naba’: 6-7)
Kedua Ayat ini mengisyaratkan gunung sebagai pasak atau paku bumi,
yang dapat menjaga keseimbangan bumi agar tidak goncang, dan telah dibuktikan
secara ilmiah terdapat kesesuaian distribusi dan penyebaran gunung secara
merata di persada bumi ini.
Peran gunung dalam menjaga keseimbangan permukaan bumi sangat jelas
sekali. Khususnya gunung yang disebut oleh ahli geologi dengan barisan
pegunungan (mountain chain) lipatan. Pegunungan ini tersebar di beberapa benua
di dunia. Dan di bawah kulit bumi telah ditemukan, bahwa lapisan kulit bumi
memiliki ketebalan antara 30-60 km. Penemuan ini diperoleh melalui peralatan
yang canggih seperti alat yang bernama seismograf yang mampu mengetahui bahwa
semua gunung memiliki akar terhunjam dilapisan yang liat untuk menguatkan
lapisan kulit bumi yang paling tinggi dan keras seperti fungsi sebuah pasak.
Gunung juga bekerja sebagai penahan benua-benua dari hantaman batu-batu karang
yang mengalir di bawah kulit bumi yang keras ini. Bila akar gunung yang sangat kokoh
tidak ada, maka lapisan kulit bumi akan menjadi sangat lunak. Sehingga, tidak
ada lagi keseimbangan dan kekokohannya.
Pada ayat 20, Allah mengajak manusia untuk berfikir bagaimana bumi
itu dihamparkan. Ayat ini mengisyaratkan bentuk bumi. Sehingga pertanyaan yang
muncul apakah bumi bulat atau terhampar? Untuk masalah ini, ada beberapa ayat
yang berkaitan, diantaranya; Surat al-Naazi`aat 30:
”Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya”. (QS: An-Naaziaat: 30)
Kata ( دحا) menunjukkan 2 arti: 1.
Datar dan luas 2. Bergulung. Inilah kejutan al-Qur`an yang secara lugas
mengungkapkan keadaan bumi yang kita lihat dengan mata telanjang dalam bentuk
fenomena terhampar datar dan sangat luas.
Sedangkan bumi itu sebenarnya bulat seperti telur. Ayat-ayat yang
dijadikan hujjah bulatnya bumi; surat al-Rahman 17:
"Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan
yang memelihara kedua tempat terbenamnya". (QS: Ar-Rahman: 17)
Seandainya bumi datar, maka mesti hanya ada satu tempat terbit dan
satu tempat terbenam. Tetapi karena bumi bulat, ketika matahari berada di timur
bumi, ia akan menyinari sisi bagian timur saja, dan membuat gelap sisi bumi
bagian barat, karena terhalang mendapatkan cahaya. Demikian pula yang terjadi
sebaliknya. Ayat yang juga menunjukkan bumi bulat surat al-Zumar 5:
”Dia menggulungkan malam atas siang dan menggulungkan siang atas
malam”. (QS: Az-Zumar: 5)
Istilah bergulung tidak sempurna dilakukan kecuali oleh benda yang
bulat. Bukti yang paling meyakinkan adalah hasil dari pemotretan kamera canggih
dari satelit buatan yang telah mengabadikan beberapa bentuk gambar bumi bulat,
dilihat dari ruang angkasa.
Penjelasan: ayat 17 s/d
20 perintah Allah ke pada manusia untuk bertafakur tentang alam semesta baik
secara material maupun spiritual. Bukankah Allah swt menciptakan semua kejadian
itu tidak sia-sia, melainkan ada rahasia yang ada di baliknya. Adalah sebagai
bikti atas kekuasaan Allah yang maha kuasa atas segala sesuatu dan sebagai
dalil rububiyah dan ilahiyah Allah azza wajalla. Rabbulalamin.
Tak dapat di sangkal lagi, bahwa
kebangkitan kembali ilmu pengetahuan (scientific renaissance) yang timbul di
dunia barat adalah berkat pengamatan yang cermat serta eksperimen terhadap
gejala-gejala yang terdapat pada alam materi. Sekalipun kita tidak dapat mengakui
orientas mutlak dari hukum-hukum demikian itu, namun kita membenarkan bahwa
hukum-hukum tersebut memberikan otentisitas dan ketetapan maksimum yang mungkin
diperoleh. Hukum-hukum ini secara berangsur-angsur bergerak menuju kesempurnaan
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Dengan berlakunya masa dan meluasnya
ilmu pengetahuan manusia, serta dengan semakin berkembangnya kecermatan di
bidang pengamatan (observasi), maka para ilmuan dari waktu ke waktu
memperkenalkan perubahan dan modifikasi dalam bebbagai hukumilmiah itu untuk
lebih mendekatkannya kepada kenyataan, atau agar ia lebih memberikan hasil
guna.
Ini
berarti bahwa para ilmuan terus-menerus melakukan pekerjaan riset tentang alam
semesta. Dalam upaya ini meraka menggunakan berbagai jenis materi untuk riset,
terutama sekali adalah yang berkaitan dengan teori. Kemudian muncul setelah itu
eksperimen di laboratorium, lapangan pertanian/peternakan atau dialam secara
keseluruhan. Inilah yang di perintahkan oleh Al-Qur’an dalam hal memahami kenyataan-kenyataan,
yang tertera di dalam ayat-ayat Al-Qur’an salah satunya pada surat Al-ghasyiyah
ayat 17-20
اَفَلَايَنْظُرُ
ونَ اِلَى الْاِبْلِ كَيْفَ خُلِقَثْ: 17
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan
unta bagaimana dia diciptakan”
وَاِلَى
السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ: 18
Artinya:” dan langit, bagai mana di tinggikan”
وَاِلَى
الْخِبَالُ كَيْفَ نُصِبَتْ: 19
Artinya: “ dan gunung-gunung bagai mana dia di tegakkan”
وَاِلَى
الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ: 20
Artinya: “dan bumi bagaimana di hamparkan?”
Komentar
Posting Komentar