makalah qadha shalat


A. Pengertian qadha shalat

Secara bahasa, qadha adalah bentuk masdar dari kalimat menjadi yang artinya pelaksana atau pemenuh. Qadha menurut istilah adalah membayar ibadah yang ditinggalkan karena suatu sebab. Ada juga yang memberikan pengertian mengerjakan suatu kewajiban setelah habis waktu yang telah ditentukan.

Zakaria al-Anshari dalam kitabnya Tuhfatut Tulab memberikan pengertian qadha merupakan perbuatan ibadah tanpa menemukan satu rakaat setelah waktu ada’, sehingga sudah berlalu untuk melakukannya bagi orang yang ketinggalan waktu.

Jika dikaitkan dengan pengertian ibadah Shalat sebagai ibadah yang mengandung ucapan (bacaan) dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam serta dengan syarat-syarat tertentu, maka qadha shalat adalah mengerjakan shalat diluar waktu yang telah ditentukan. Atau melakukan shalat yang terlewatkan sudah habis waktu shalat tersebut atau waktunya tinggal sedikit sehingga tidak cukup waktu untuk menyelesaikan satu rakaat atau lebih.

B. Mengqadha shalat fardhu yang terlewatkan di setiap waktu sekali-pun banyak jumlahnya

Syaikh islam ibn taimiyah pernah ditanya tentang seseorang yang memiliki banyak sekali kewajiban mengqadha’ shalat fardhu yang terlewatkan darinya, apakah dia harus mengerjakan bersamaan dengan shalat-shalat sunahnya? Ataukah cukup baginya mengerjakan shalat-shalat fardunya saja? Apakah shalat-shalat itu boleh dikerjakan setiap saat, malam maupun siang hari?

Syaikh menjawab: bersegerahlah mengqadha’ shalat-shalat yang terlewatkan dalam jumlah besar lebih utama dari pada menyembunyikan diri dengan mengerjakan shalat-shalat sunah. Kecuali, jika jumlan yang terlewatkan itu hanya sedikit, maka mengqadhanya bersamaan dengan shalat-shalat sunahnya tentu sangat bagus. Sebab, sewaktu nabimuhammad SAW dansahabat-sahabatnya tertidur sehingga terlewatkan oleh merekashalat subuh pada tahun berlangsungnya perang hunain, mereka mengqadha’ shalat subuh sekaligus sunahnya. Tetapi ketika ada shalat yang terlewatkan dalam perang khandaq, beliau hanya mengqadha’ shalat-shalat fardhu saja tanpa disertai shalat-shalat sunahnya. ( HR. bukhari dan muslim )


Shalat-shalat fardhu yang terlewatkan boleh diqadha’ disegala waktu. Sebab nabi Muhammad SAW telah bersabda:

مَنْ اَدْ رَك كْعَةً مِنَ الفَجْرِ قَبْلَ اَنْ ثَطْلُعَ الشَّمْسُ فَلْيَصِلْ اِلَيْهَا اُخْرَى
Artinya: barang siapa yang mendapati suatu rakaat dari shalat subuh sebelum mata hari terbit, hendaklah dia menyambung padanya rakaat yang lain. ( HR. Ahmad )
( majmu’ fatawa syaikh islam ibnu taimiyah, XXII/104 )

C. Orang yang terlewatkan darinya shalat ashar, lalu dia mendapati orang-orang tengah mengerjakan shalat maghrib

Ibnu taimiyah juga pernah ditannya mengenai seorang yang terlewatkan darinya shalat ashar, lalu ketika datang ke masjid, dia mendapati shalat maghrib telah dimulai, apakah dia harus mengerjakan shalat yang terlewatkan tadi sebelum shalat maghrib atau tidak?

Syaikh menjawab: segala puji hanya bagi Allah, rabb seru sekalian alam. Dia harus mengerjakan shalat maghrib bersama orang-orang tadi, baru setelah itu dia mengerjakan shalat ashar yang tertinggal. Hal itu didasarkan pada kesepakatan para imam. Tetapi, apakah setelah mengerjakan shalat ashar itu dia harus mengerjakan shalat maghrib? Mengenai yang terakhir ini ada dua pendapat:

Pertama, dia harus mengulangi shalat maghrib. Yang demikian itu merupakan pendapat ibnu umar, malik, abu hanifa, dan ahmad menurut yang masyhur darinya.

Kedua, dia tidak perlu mengulangi shalat maghrib. Inilah pendapat ibnu abbas, syafi’I, dan pendapat lain dalam mahzab ahmad.

Pendapat kedua lebih sahih, kerena Allah swt, tidak mewajibkan kepada hambanya untuk mengerjakan shalat dua kali, jika dia memang benar-benar bertakwa kepada Allah sesuai kesanggupannya. Wallahua’lam.
( majmu’ fatwa syaikh islam ibnu taimiyah, XXII/106 )





D. Orang yang ingat kalau dia memiliki kewajiban mengqadha’ shalat, sementara khatib telah mulai menyampaikan khutbah jum’at

Ibnu taimiyah pernah ditanyamengenai seorang yang masuk masjid ketika khatib tengah berkhutbah, sedang dia mendengar perkataan khatib, lalu dia teringat kalau dia memiliki kewajiban mengqadha’ shalat, lantas dia pun mengqadha’ nya saat itu juga. Nah apakah itu boleh dilakukan atau tidak?

Ibnu taimiyah menjawab: segala puji hanya bagi Allah, apabila di teringat kalau dia masih memiliki kewajiban mengqadha’ shalat yang terlewatkan padahal dia sedang mendengarkan khutbah yang disampaikan khatib, atau dia tidak mendengarnya, maka dia harus mengqadha’nya pada waktu itu juga, jika memang kesempatan memungkinkan untuk mengqadha’ shalatnya sekaligus mendapatkan shalat jum’atnya. Bahkan menurut jumhur ulama, hal itu wajib baginya. Sebab, larangan shalat pada waktu khutbah tidak meliputi shalat fardhu. Menurut pendapat yang paling sahih, melewatkan shalat yang terlewatkan adalah wajib. Bahkan tidak juga meliputi shalat tahiyat masjid. Sebab nabi Muhammad SAW, telah bersabda, “ apabila salah seorang diantara kalian masuk masjid, sedang imam tengah berkhutbah, hendaklah dia tidak duduk sebelum mengerjakan shalat dua rakaat.”

E.  Mengqadha sembahyang sunnah dzuhur

عَنْ عَاعِسَةَ رَضِيَااللهُ اَنْهُاقَالَثْ:
اِنَّالنَّبِىَّصَلَّ ا اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمْ اِذَالَمْ يُصَلِّ اَزَبَعًاقَبْلَ الظُّهْرِ, صَلَّاهُنَّ اَرْبَعًا بَعْدَهُ
Artinya: aisyah r.a menerangkan; “ bahwasannya nabi SAW apabila beliau tiada bersembahyang empat raka’at sebelum zhuhur, niscaya beliau kerjakan sesudah zhuhur.” ( diriwayatkan oleh at-turmudziy; al-muntaqa I : 523 )

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى وَزَيْدُ بْنُ أَخْزَمَ وَمُحَمَّدُ بْنُ مَعْمَرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ دَاوُدَ الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا قَيْسُ بْنُ الرَّبِيعِ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فَاتَتْهُ الْأَرْبَعُ قَبْلَ الظُّهْرِ صَلَّاهَا بَعْدَ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ لَمْ يُحَدِّثْ بِهِ إِلَّا قَيْسٌ عَنْ شُعْبَةَ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya dan Zaid bin Akhzam dan Muhammad bin Ma'mar keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Musa bin Dawud Al Kufi berkata, telah menceritakan kepada kami Qais bin Ar Rabi' dari Syu'bah dari Khalid Al Hadda dari Abdullah bin Syaqiq dari 'Aisyah ia berkata, "Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak sempat mengerjakan empat raka'at sebelum zhuhur, beliau menggantinya dengan dua raka'at setelah mengerjakan dua raka'at ba'diah zhuhur. " Abu Abdullah berkata, "Tidak ada yang meriwayatkannya kecuali Qais, dari Syu'bah. " ( HR ibnu majah : 1148 )
حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى التُّجِيبِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو وَهُوَ ابْنُ الْحَارِثِ عَنْ بُكَيْرٍ عَنْ كُرَيْبٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَزْهَرَ وَالْمِسْوَرَ بْنَ مَخْرَمَةَ أَرْسَلُوهُ إِلَى عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا اقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنَّا جَمِيعًا وَسَلْهَا عَنْ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ وَقُلْ إِنَّا أُخْبِرْنَا أَنَّكِ تُصَلِّينَهُمَا وَقَدْ بَلَغَنَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْهُمَا قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَكُنْتُ أَضْرِبُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ النَّاسَ عَلَيْهَا قَالَ كُرَيْبٌ فَدَخَلْتُ عَلَيْهَا وَبَلَّغْتُهَا مَا أَرْسَلُونِي بِهِ فَقَالَتْ سَلْ أُمَّ سَلَمَةَ فَخَرَجْتُ إِلَيْهِمْ فَأَخْبَرْتُهُمْ بِقَوْلِهَا فَرَدُّونِي إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ بِمِثْلِ مَا أَرْسَلُونِي بِهِ إِلَى عَائِشَةَ فَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى عَنْهُمَا ثُمَّ رَأَيْتُهُ يُصَلِّيهِمَا أَمَّا حِينَ صَلَّاهُمَا فَإِنَّهُ صَلَّى الْعَصْرَ ثُمَّ دَخَلَ وَعِنْدِي نِسْوَةٌ مِنْ بَنِي حَرَامٍ مِنْ الْأَنْصَارِ فَصَلَّاهُمَا فَأَرْسَلْتُ إِلَيْهِ الْجَارِيَةَ فَقُلْتُ قُومِي بِجَنْبِهِ فَقُولِي لَهُ تَقُولُ أُمُّ سَلَمَةَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَسْمَعُكَ تَنْهَى عَنْ هَاتَيْنِ الرَّكْعَتَيْنِ وَأَرَاكَ تُصَلِّيهِمَا فَإِنْ أَشَارَ بِيَدِهِ فَاسْتَأْخِرِي عَنْهُ قَالَ فَفَعَلَتْ الْجَارِيَةُ فَأَشَارَ بِيَدِهِ فَاسْتَأْخَرَتْ عَنْهُ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ يَا بِنْتَ أَبِي أُمَيَّةَ سَأَلْتِ عَنْ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ إِنَّهُ أَتَانِي نَاسٌ مِنْ عَبْدِ الْقَيْسِ بِالْإِسْلَامِ مِنْ قَوْمِهِمْ فَشَغَلُونِي عَنْ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ فَهُمَا هَاتَانِ
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya At Tujibi telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb telah mengabarkan kepadaku Amru bin Harits dari Bukair dari Kuraib Maula Ibnu Abbas, bahwa Abdullah bin Abbas dan Abdurrahman bin Azhar dan Al Miswar bin Makhramah mereka mengutusnya agar menemui Aisyah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berpesan, "Sampaikan salam kami kepadanya dan tanyakan mengenai dua raka'at setelah Ashar kemudian katakanlah bahwa kami telah mendengar kabar bahwa Anda menunaikannya padahal telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang dua raka'at itu." Ibnu Abbas berkata, "Saya dan Umar pernah memukul beberapa orang karena menunaikan dua raka'at setelah Ashar." Kuraib berkata; Maka saya pun menemui Aisyah dan menyampaikan pesan-pesan mereka. Lalu Aisyah pun berkata, "Tanyakanlah kepada Ummu Salamah." Akhirnya aku pun kembali kepada mereka, dan menyampaikan komentar Aisyah. Kemudian mereka kembali mengutusku untuk menemui Ummu Aisyah dan menanyakan pertanyaan yang sama. Ummu Salamah menjawab, "Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang shalat dua raka'at sesudah Ashar itu. Namun setelah itu, saya melihat beliau melakukannya. Dan memang sebelum menunaikannya, terlebih dahulu menunaikan shalat Ashar. Sesudah itu, beliau masuk menemuiku, sementara di sisiku terdapat beberapa orang wanita Anshar dari Bani Haram, kemudian beliau melaksanakan dua raka'at (Setelah Ashar itu). Lalu saya mengutus seorang budak wanita seraya berkata padanya, "Berdirilah kamu di samping beliau, dan katakanlah padanya, 'Ummu Salamah berkata; Wahai Rasulullah, saya telah mendengar tuan melarang dua raka'at ini, namun saya melihat Anda melakukannya.' Dan jika ia memberi isyarat dengan tangannya, maka mundurlah." Budak wanita itu pun melakukannya, kemudian beliau memberi isyarat, maka budak wanita itu pun mundur. Usai menunaikan shalat, beliau bersabda: "Wahai binti Abu Umayyah, kamu tadi menanyakan tentang dua raka'at setelah Ashar. Sesungguhnya saya telah didatangi oleh beberapa orang dari Bani Abdul Qais dengan menyatakan keIslaman kaumnya hingga mereka menyibukkanku untuk menunaikan dua raka'at setelah Zhuhur, maka dua raka'at ini sebagai penggantinya." ( HR muslim no. 1377 )





F.   Dalil dalil tentang qadha shalat

عن انس بن ملك رض قال :قال النّبيّ صلعم :من نسي صلاة فليصلِّها اذا ذكرها فلا كفّارة لها الاّ ذلِك.(متفق عليه)
Artinya: dari anas ibn malik berkata: “ rasulullah SAW. Bersabda: “ barang siapa lupa sesuatu shalat, hendaklah dikerjakan diwaktu teringat. Tak ada kaffarah ( penutup dosa ) baginya selain dari itu.” ( HR bukhari )

حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى التُّجِيبِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَفَلَ مِنْ غَزْوَةِ خَيْبَرَ سَارَ لَيْلَهُ حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْكَرَى عَرَّسَ وَقَالَ لِبِلَالٍ اكْلَأْ لَنَا اللَّيْلَ فَصَلَّى بِلَالٌ مَا قُدِّرَ لَهُ وَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ فَلَمَّا تَقَارَبَ الْفَجْرُ اسْتَنَدَ بِلَالٌ إِلَى رَاحِلَتِهِ مُوَاجِهَ الْفَجْرِ فَغَلَبَتْ بِلَالًا عَيْنَاهُ وَهُوَ مُسْتَنِدٌ إِلَى رَاحِلَتِهِ فَلَمْ يَسْتَيْقِظْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا بِلَالٌ وَلَا أَحَدٌ مِنْ أَصْحَابِهِ حَتَّى ضَرَبَتْهُمْ الشَّمْسُ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلَهُمْ اسْتِيقَاظًا فَفَزِعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيْ بِلَالُ فَقَالَ بِلَالٌ أَخَذَ بِنَفْسِي الَّذِي أَخَذَ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ بِنَفْسِكَ قَالَ اقْتَادُوا فَاقْتَادُوا رَوَاحِلَهُمْ شَيْئًا ثُمَّ تَوَضَّأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَرَ بِلَالًا فَأَقَامَ الصَّلَاةَ فَصَلَّى بِهِمْ الصُّبْحَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاةَ قَالَ مَنْ نَسِيَ الصَّلَاةَ فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا فَإِنَّ اللَّهَ قَالَ { أَقِمْ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي } قَالَ يُونُسُ وَكَانَ ابْنُ شِهَابٍ يَقْرَؤُهَا لِلذِّكْرَى
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya At Tujibi telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin Musayyab dari Abu Hurairah, bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali dari perang Khaibar, beliau terus berjalan di malam hari, ketika beliau diserang kantuk, maka beliau singgah. Beliau bersabda kepada Bilal "Hendaknya kamu yang mengawasi tidur kami malam ini!." Bilal pun shalat sekemampuan yang ditakdirkan, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidur. Begitu juga dengan para sahabatnya. Ketika mendekati fajar, Bilal bersandar kepada unta tunggangannya, rupanya kedua mata Bilal terasa berat hingga ketiduran, dengan posisi bersandar kepada untanya. Di pagi harinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam belum juga bangun, demikian juga Bilal, dan tak satupun dari sahabatnya yang bangun hingga mereka terbangun oleh sinar matahari yang menyengat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam akhirnya yang pertama-tama bangun. Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam merasa kaget dan menyeru: "Hei Bilal!" Bilal Menjawab; "Wahai Rasulullah, tadi nyawaku telah dipegang Dzat yang memegang nyawamu, demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu! Beliau lalu bersabda: "Mari tuntunlah hewan tunggangan kalian." Para sahabat pun menuntun hewan tunggangannya, sesaat kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berwudhu". Beliau lalu memerintahkan Bilal supaya mengumandangkan iqamat shalat. Setelah itu Beliau mengimami shalat subuh bersama mereka. Selesai shalat, beliau bersabda: "Siapa yang terlupa shalat, lakukanlah ketika ingat, sebab Allah ta'ala berfirman "Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku." QS. Toha 14. Yunus berkata; sedangkan Ibnu Syihab membacanya dengan lidzdzikraa ( HR muslim no. 1097 )

و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَسِيَ صَلَاةً أَوْ نَامَ عَنْهَا فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا
Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abdul A'la telah menceritakan kepada kami Said dari Qatadah dari Anas bin Malik katanya; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa lupa shalat atau ketiduran karenanya, maka kaffaratnya adalah menunaikannya disaat ingat."

G. Tertib mengerjakan shalat yang luput

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ قَالَ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ يَحْيَى قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَلَمَةَ يَقُولُ أَخْبَرَنَا جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَهُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَوْمَ الْخَنْدَقِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا كِدْتُ أَنْ أُصَلِّيَ حَتَّى كَادَتْ الشَّمْسُ تَغْرُبُ وَذَلِكَ بَعْدَ مَا أَفْطَرَ الصَّائِمُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاللَّهِ مَا صَلَّيْتُهَا فَنَزَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى بُطْحَانَ وَأَنَا مَعَهُ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ صَلَّى يَعْنِي الْعَصْرَ بَعْدَ مَا غَرَبَتْ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى بَعْدَهَا الْمَغْرِبَ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim berkata, telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya berkata, Aku mendengar Abu Salamah berkata, telah mengabarkan kepada kami Jabir bin 'Abdullah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam didatangi oleh 'Umar bin Al Khaththab saat terjadinya pernag Khandaq. Umar berkata, "Wahai Rasulullah! Demi Allah, aku belum melaksanakan shalat 'Ashar kecuali setelahg Matahari hampir tenggelam. Dan itu ketika orang-orang yang berpuasa telah berbuka!" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Demi Allah, aku juga belum melakasanakannya." Kemudian beliau turun menuju aliran air (sungai), dan aku ikut bersama beliau. Belau lalu berwudlu dan shalat, yaitu shalat Ashar setelah matahari terbenam. Kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan shalat Maghrib." ( HR. ahmad, bukhari dan muslim )

أَخْبَرَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ هَارُونَ قَالَ حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَارَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ فَوَجَدَ الْقُبَّةَ قَدْ ضُرِبَتْ لَهُ بِنَمِرَةَ فَنَزَلَ بِهَا حَتَّى إِذَا زَاغَتْ الشَّمْسُ أَمَرَ بِالْقَصْوَاءِ فَرُحِلَتْ لَهُ حَتَّى إِذَا انْتَهَى إِلَى بَطْنِ الْوَادِي خَطَبَ النَّاسَ ثُمَّ أَذَّنَ بِلَالٌ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ وَلَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُمَا شَيْئًا
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Ibrahim bin Harun dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Hatim bin Ismail dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Ja'far bin Muhammad dari Bapaknya bahwa Jabir bin Abdullah berkata; "Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam berjalan hingga ke Arafah, lalu beliau mendapati kemah telah didirikan untuk dirinya di daerah Namirah, maka beliau singgah sampai matahari terbenam. Beliau mempersiapkan untanya untuk segera berangkat. Sesampainya di Bathn Al Wadi beliau berkhutbah dihadapan manusia, lalu Bilal mengumandangkan adzan, dan shalat Zhuhur. Kemudian iqamat lagi dan mengerjakan shalat Ashar. Beliau tidak mengerjakan shalat apapun diantara keduanya."

H. Kesimpulan

Dari isi diatas dapat saya simpulka bahwa hukum qadha shalat adalah wajib bagi orang yang benar-banar lupa atau ketiduran, sedangkan yang sengaja tidak shalat berarti dia  tidak boleh mengerjakan qadha shalat karena dia meninggalkan shalat karena sengaja bukan karena lupa, karna pengertian qadha shalat itu sendiri adalah pembayaran ibadah yang ditinggalkan karena suatu sebab.

Dan juga qadha shalat bisa dikerjakan di setiap waktu meskipun banyak jumlahnya seperti yang telah di terangkan sebelumnya bersegerahlah mengqadha’ shalat-shalat yang terlewatkan dalam jumlah besar, karna shalat adalah kewajiban setiap muslim

Rasulku Muhammmad saw bersabda : “Shalat itu tiang agama”, oleh karena itu jikalau engkau tinggalkan shalat maka engkau telah menghancurkan agamamu.



















Daftar pustaka
1.     Judul buku: al-qaul al-mubin; fi ma’rifati yahummu al-mushallin
Penulis: syaikh abdulazin bin nashir al-musainid
Penerbit: dar ash-shumai’,Riyadh
Cetakan: pertama, 1419 H/1998 M
2.     Koleksi hadits-hadits hukum V
Oleh: teuku Muhammad hasbi ash-shiddiqi
Penerbit: yayasan teuku Muhammad hasbi ash-shiddiqi
Dicetak oleh: PT maganta bhakti guna, Jakarta
3.     Koleksi hadits-hadits hukum II
Oleh: teuku Muhammad hasbi ash-shiddiqi
Penerbit: yayasan teuku Muhammad hasbi ash-shiddiqi
Dicetak oleh: PT maganta bhakti guna, Jakarta
4.     Hadits explorer

Komentar

  1. Titanium Blade – The best all-around blade you can use for your gaming
    I just titanium athletics finished my custom stainless steel ford edge titanium 2021 vinco micro hair trimmer blade that will add more titanium dental heat to the gaming table than a conventional Blade. infiniti pro rainbow titanium flat iron

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer